Beranda | Artikel
Ummu Zufar al-Habasyiyyah Radhiyallahu Anhuma ; Ia Meraih Jannah Dengan Kesabaran
Jumat, 1 Juli 2011

UMMU ZUFAR AL-HABASYIYAH RADHYALLAHU ANHUMA ; IA MERAIH JANNAH DENGAN KESABARAN

Jannah atau surga, merupakan sebuah tempat yang sarat dengan kenikmatan. Jannah menjadi idaman setiap orang yang beriman. Kenikmatan di jannah tak pernah terbetik dalam hati manusia, belum pernah terdengar oleh telinga, dan pandangan mata pun tak pernah menikmatinya. Kenikmatannya tak terjangkau oleh indera manusia yang terbatas. Akan tetapi, keberadaannya merupakan haqqun (sebuah kebenaran). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang jannah:

فِيهَا مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ

Di dalamnya (jannah) terdapat sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terbetik di hati manusia.

Selanjutnya, beliau membaca ayat:

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ ﴿١٦﴾ فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. [as-Sajdah/32: 16-17].

Dalam beberapa hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitahukan sejumlah penghuni surga dari kalangan sahabat, saat mereka masih hidup. Nas`alullah min fadhlihi wa karamihi. Di antara sahabat yang memperoleh kebahagiaan itu ialah Ummu Zufar al-Habasyiyyah. Dahulu, Ummu Zufar sebagai maasyithah (tukang sisir rambut) Khadîjah Radhiyallahu anha. Sepeninggal istri Nabi ini, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam acapkali mengunjungi wanita itu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan usia panjang bagi sahabat wanita ini. Bisa dibuktikan dari seorang Tabi’în, yaitu ‘Athaa` bin Abii Rabaah t yang sempat menjumpai calon penghuni syurga ini berjalan di atas bumi. Tepatnya di Masjidil-Harâm, yaitu saat Ummu Zufar berada di tangga Ka’bah.

Berdasarkan keterangan hadits, ketika berada di Masjidil-Harâm, Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma menawarkan sesuatu kepada ‘Athâ` bin Abi Rabâh.

Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma bertanya, “Maukah engkau aku perlihatkan seorang wanita yang termasuk penghuni surga?”

‘Athâ` menjawab,”Iya, mau.”

Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma menceritakan:

Wanita yang berkulit hitam ini, dulu mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sembari berkata,

إِنِّي أُصْرَعُ وَإِنِّي أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِي

Aku terkena penyakit gila (ayan). Aku khawatir auratku tersingkap karenanya. Tolong berdoalah untuk kebaikanku.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (kala itu) menjawab:

إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ

Kalau engkau mau, bersabarlah saja (dengan penyakit itu), maka engkau akan memperoleh surga. Kalau tidak, aku akan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala supaya menyembuhkanmu“.

Ia menyahut:

أَصْبِرُ فَإِنِّي أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ لاَ أَتَكَشَّفَ

Saya mau bersabar saja. (Tetapi) aku khawatir auratku terlihat (oleh manusia). Karena itu, berdoalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala supaya auratku tidak tersingkap,” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa untuk memenuhi permintaan yang ia perlukann itu. [HR al-Bukhâri, hadits no.5652. Lihat Fat-hul-Bâri, 13/23].

Demikian, salah satu bentuk kesabaran seorang sahabat, sehingga membuahkan surga. Dan dari kisah Ummu Zufar al-Habasyiyyah ini, dapat diambil beberapa pelajaran. [Fat-hul-Bâri (13/25].

  1. Keutamaan seseorang yang terkena penyakit gila (ayan), bila ia bersabar.
  2. Kesabaran menghadapi musibah dan malapetaka di dunia dapat mendatangkan jannah.
  3. Mengambil keputusan yang berat lebih afdhal (utama) daripada memilih rukhshah bagi seorang yang mengetahui dirinya mampu untuk melakukannya dan tidak lemah (malas).
  4. Hadits atau riwayat ini juga mengandung dasar (dalil) diperbolehkan tidak berobat bagi seseorang yang sakit.
  5. Pengobatan sesuatu penyakit dengan doa dan iltijâ`-ilallah (bersimpuh’ di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala ) lebih mujarab dan bermanfaat, dibandingkan dengan pengobatan secara medis. Pengaruh dan reaksinya terhadap ketahanan tubuh lebih kuat daripada obat-obat konvensional.

Tetapi, therapi doa dan iltijâ`-ilallah itu akan bisa berdaya-guna jika dengan dua syarat.

  • Pertama, syarat dari sisi penderita, yaitu ia harus shidqul-qashdi (memiliki kebersihan dan keyakinan hati).
  • Kedua, dari sisi therapis, yaitu kekuatan tawajjuh dan keteguhan hatinya dengan takwa dan tawakkal. Wallahu a’lam.

Kisah ini juga berisi seruan untuk para wanita yang senang memperlihatkan aurat dan menyingkap pesona fisiknya di hadapan kaum lelaki, agar bercermin dengan keteguhan dan kesabaran Ummu Zufar al-Habasyiyyah. Meskipun dalam keadaan yang sangat mungkin ia tak sadar karena penyakitnya, namun ia berharap auratnya tetap terjaga. Sedangkan para wanita senang tabarruj itu berbuat sebaliknya, padahal Allah telah memberinya anugerah keselamatan jasmani dan kesehatan tubuh. Kisah ini mengajak kaum wanita pada umumnya untuk bertaubat kepada Allah al-Ghafûrur- Rahîm al-‘Azîzu Dzun tiqâm.

Marâji`:

  1. Durûs min Hayâtish-Shahâbiyyât, Dr. ‘Abdul-Hamîd bin ‘Abdir-Rahmân as-Suhaibâni, Madârul-Wathan, Cetakan I, Tahun 1424 H, halaman 79-82.
  2. Fat-hul-Bâri bi Syarhi Shahîhil-Bukhâri, al-Hâfizh Ahmad bin ‘Ali bin Hajr al-‘Asqalani (774-852 H), Ta’lîq: Syaikh ‘Abdur-Rahmân bin Nâshir al-Barrâk, Dar Thaibah, Cetakan I, Tahun 1426H/2005M.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XI/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/3109-ummu-zufar-al-habasyiyyah-radhiyallahu-anhuma-ia-meraih-jannah-dengan-kesabaran.html